2021 yang tersirat

Kehidupan selamanya memang akan selalu jadi misteri. Banyak hal yang harus aku hadapi di tahun 2021. Berkali-kali aku merasa kehidupan terlalu berat untuk terus dilanjutkan. Andai ini semua hanya sebuah permainan, tombol 'pause' dan 'new game' pastinya akan kugunakan saat itu.

Aku merasakan nyata sepi di tengah keramaian. Hampa terus mendekap erat perasaanku. Namun ramai pikiran dikala sepi, saat aku sendiri. Semua terasa serba berkebalikan bagi kehidupanku. Aku tak sanggup menempatkan diri pada situasi yang tepat. Logika tak mampu mengingatkan diri untuk bebas.

Dinding kamar selalu jadi saksi bisu sekaligus membungkam tangisan dari orang luar. Bantal guling selalu setia menampung air mata. Kering sehari, basah lagi berhari-hari. Sesekali ponsel dan televisi sanggup mengalihkan perhatian. Menjelang tidur, mata terpejam berusaha terlelap, malah air mata menjuntai ke pelipis. Malamku selalu penuh drama yang kubuat sendiri.

Suatu hari, titik puncak kemampuanku, aku tak lagi sanggup memendam emosi. Akalku hilang kendali. Seseorang yang hanya kutemui sekali dalam sebulan, 15 menit dalam sehari, menyadari gelisah dalam diriku. Berbincang sedikit, belum sampai pada inti permasalahannya, cukup membukakan sedikit hatiku. Melihat dan mengenali kenyataan di depanku.

Satu anugerah yang kudapatkan di penghujung tahun saat itu. Separuh beban yang kurasakan mulai berkurang. Mengenali keadaan diri dan lingkungan sedikit membuatku sadar akan masalah yang sedang kuhadapi. Sebagian memang berasal dari diriku sendiri, tapi ada sebagian lain yang datang sejak aku membuat keputusan besar itu.

Menjelang tahun 2022, pemberian itu datang. Pemberian sebagai hadiah atas apa yang sudah kuperjuangkan. Tak mudah berjalan hingga ada di titik ini. Ya, anggaplah ini sebagai hadiah yang amat tak terkira harganya buatku. Air mata kali ini bukan untuk kesedihan, tapi bahagia yang aku yakin tak seorangpun sanggup membayangkannya. 

Sebagai gambaran, awal tahun depan aku akan menjadi seorang anak yang dicita-citakan oleh orang tuanya, sekaligus aku akan memimpikan cita-cita untuk masa depan anakku.

tachi

Salah satu Odapus yang berprofesi sebagai apoteker

No comments:

link