Malam itu aku mulai tertidur sekitar pukul 10 malam lebih. Sendirian diatas kasur menonton beberapa video youtube, memancing rasa kantuk. Saat itu suamiku belum lama berangkat ke rumah kawannya mengembalikan barang pinjaman. Tak lama aku terlelap.
Sekitar tengah malam aku mendengar suara pintu depan membuka kunci. Suamiku baru saja sampai rumah. Aku teramat mengantuk hingga tak sampai beberapa detik langsung kembali terlelap. Mimpi itu tiba-tiba muncul.
Di dalam mimpi aku melihat sebuah siaran berita yang sedang hangat dibicarakan beberapa hari terakhir. Membahas sebuah kriminal baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Empat orang diketahui menjadi korban dan salah satunya disebutkan sebuah nama yang amat kucintai yaitu suamiku.
Seketika bayangan wajah suamiku, sikap manisnya, cueknya, kelakuan konyol hingga menyebalkannya, tanpa ampun melintas di kepala. Terbayang tak akan pernah ada sosok itu lagi di kehidupanku selanjutnya. Empat korban yang disebutkan dalam berita semua menghilang.
Sungguh sangat menyesakkan dada mendengar siaran berita tersebut. Teringat janin yang sudah berumur 6 bulan di dalam rahimku membuat dada lebih terasa sesak. Anak ini akan lahir tanpa pernah bertemu ayahnya. Aku yang akan menjadi single parent dan menghabiskan sisa hidup tanpanya menambah sakit di dada, terlalu sesak.
Selain suamiku yang menjadi korban, ternyata ada seorang musisi terkenal yang hendak melakukan konser mini di sebuah acara siaran langsung. Tidak hadirnya seorang musisi sebuah band tersebut menghebohkan seluruh penonton di lokasi maupun di rumah. Personil band lain mendapat kabar tersebut dan segera melakukan pers konferens saat itu juga.
Di dalam mimpi diceritakan keesokan harinya kembali disiarkan berita tentang kejadian kriminal tersebut. Telah diketahui motif dan reka ulang kejadian. Aku menonton siaran berita tersebut dengan penuh sesak di dada. Tak sanggup membayangkan suamiku menjadi salah satu orang yang mengalami perbuatan sadis itu.
Sebuah band dengan salah satu personil sebagai korbannya kembali melakukan konferensi pers. Aku seakan bisa mendengar jutaan penonton mengucapkan bela sungkawa. Mengutuki perlakuan oknum di balik tindakan kriminal tersebut. Namun tidak denganku, aku hanya bisa merasa kehilangan yang terlalu dalam.
Tak lama aku tiba-tiba terbangun dari tidurku. Aku langsung tersadar dan mengucap istigfar. Semua memang hanya mimpi tapi perasaan yang aku alami terlalu nyata. Hingga tak membuatku berlega hati bahwa itu hanya bunga tidur yang tak indah. Kucari suamiku tak ada di sampingku. Namun kudengar suara televisi masih menyala di ruang depan. Aku beranjak menghampiri sosok yang sedang asik menonton di hadapan televisi.
Suamiku masih terjaga pukul 3 pagi saat itu. Aku memeluk erat suamiku, mendekapkan kepalaku ke bahunya, menahan tangisku yang ingin meledak. Beberapa menit bertahan, tapi pertanyaan heran yang dilontarkan suamiku membuat air mataku buncah. Tak sanggup bercerita, aku hanya menggelengkan kepala. Terus mendekap bahu suamiku berusaha menenangkan diri.
Semua baik-baik saja, kataku dalam hati berusaha tenang. Semua hanya mimpi. Sosok yang kurindukan di beberapa menit dalam mimpiku kini benar-benar ada di pelukanku. Pelukan ini lebih nyata adanya sekarang. Bersyukur dan berdoalah selalu untuknya.
Setengah jam aku mendekap suamiku, menenangkan diri, suamiku malah terlelap. Ia terlelap tanpa tahu alasan tingkah anehku pagi itu. Sempat ngedumel sebelum tertidur, tapi tak kuhiraukan. Biarlah. Tak usah tahu apa yang kualami malam itu. Toh, dalam agamaku juga tak baik menceritakan mimpi burukmu pada orang lain. Doakan saja apa yang ku lihat dalam mimpi tak akan pernah terjadi.
Salam cinta dan sayangku untuk suamiku tercinta 💕
No comments:
Post a Comment