Dulu sekali, aku mengira pernikahan akan menjadi alasan utama untuk bertahan hidup. Ternyata aku salah. Menikah pernah menjadi alasanku untuk mengakhiri kehidupan. Kala itu aku benar-benar seperti dirundung, enggan melanjutkan hidup. Namun, setiap detik aku berusaha bertahan. Berharap esok menjadi hari yang kunanti.
Kali ini aku tidak salah. Hari yang kutunggu itu benar tiba. Aku tidak tau persis kapan keadaan ini mulai berubah. Yang ku tau, hadirnya manusia kecil yang telah merubah semuanya.
Grandika Arnav Alkhazin, namanya.
Sosok manusia mungil yang keluar dari rahimku. Di minggu-minggu pertama nya hadir, memang tidak seketika membuat perubahan. Lambat laun, minggu berganti bulan. Manusia mungil bertambah besar dan lucu. Tingkahnya nya kian menggemaskan. Ia juga makin mengenal siapa orang yang sering menemaninya. Gwen nama penggilannya.
Tulisan ini hanya ingin bercerita satu momen menyentuh. Hari itu tanggal 4 Ramadhan. Hari yang makin sendu, makin banyak kendaraan berseliweran di jalan raya. Banyak sekali orang yang senang mencari pangan berbuka puasa. Aku dan mama sibuk di dapur menyiapkan lauk sebelum sirine buka puasa berbunyi.
Saat itu Gwen berusia 7 bulan. Ia bermain ditemani suamiku. Hingga sirine berbunyi, aku masih berkutik di dapur. Berlanjut mengolah menu makan Gwen untuk esok. Hingga adzan isya, pekerjaanku baru selesai. Berkali-kali aku mengintip Gwen yang asik bermain bersama ayahnya. Ah, sepertinya Gwen sangat menikmati momen bersama ayahnya, pikirku.
Aku berwudhu, lalu sholat di mushola belakang rumah. Gwen dan suamiku terdengar mendekati mushola, duduk di ayunan. Selesai sholat, aku berjalan kembali ke dapur melewati Gwen sembari menyapa sedikit. Tak terpikirkan olehku mengapa ekspresi Gwen hanya melongo saat itu. Dua langkah kakiku menapak, seketika suara tangis Gwen langsung meledak.
"UWAAAAAAAA................"
Aku menoleh kaget. Air mata sudah mulai bercucuran deras sembari menangis kencang.
"Loh hey, bunda sudah ditunggu dari tadi sama anakmu. Udah ngarep di gendong malah ditinggal pergi lagi," ayahnya menjelaskan sambil tertawa gemas menyaksikan tingkah Gwen.
Aku juga tertawa heran dibuatnya. Langsung kuambil alih Gwen dari suamiku. Aku peluk erat sambil menepuk punggungnya agar tenang. Aku dan suami tertawa gemas.
"Emang dari tadi rewel ya?" tanyaku pada suami.
"Enggak. Cuma tadi udah cemberut terus, mungkin ngantuk. Kuajak main ayunan, lihat kamu lewat malah nangis kejer. Berarti dia sudah nunggu kamu sejak tadi," jelas suamiku sambil tertawa.
Tak kusangka Gwen bertingkah begitu. Ternyata makhluk mungil ini bergantung padaku. Saat itu aku merasa sangat bersinar. Dibalik kehidupan seorang ibu dan anak, ternyata ada cerita indah di dalamnya.
No comments:
Post a Comment