Maafin bunda nak ..

Rutin pagiku di hari kerja, biasa menyuapi anak sebelum bersiap ke kantor. Bayi kecilku saat ini usia 11 bulan 18 hari, mulai menunjukkan tanda gtm (gerakan tutup mulut) parah. Aku tahu, Gwen panggilannya, seperti akan tumbuh gigi baru. Dua atas depan dan dua bawah depan. Dua hari sudah aku berjuang membujuknya untuk makan, membuat variasi menu hingga variasi tekstur. Tetap nihil.

Porsi yang biasa ku persiapkan, hanya masuk 3 suapan saja. Sisanya ia simpan dimulut tanpa kunyah maupun telan. Ditawari terus, tapi enggan buka mulut. 


Pagi itu aku tidak bersemangat menyuapi Gwen. Ku ajak ia makan sambil berkeliling rumah menaiki stroller. Tanpa banyak kata-kata hiburan sepanjang kegiatan menyuapi.


Penawaran suapan pertama masih mangap lebar. Aku dan Gwen sama-sama dian. Bayi kecilku sesekali menggoyang-goyangkan kakinya ingin turun dari stroller.


Kutawari suapan kedua masih mau buka mulut. Tangan kecilnya mulai menggaruk telinganya yang entah gatal atau tidak.


Suapan ketiga agak lama aku sabar menunggu habis ditelannya suapan yang tadi. Dadaku mulai agak sesak menahan emosi dibuatnya.


Suapan keempat, hanya diemut.


Kutawari suapan kelima, buka mulut sih, tapi nasi suapan keempat tadi masih dimulut. Oke, aku menarik napas panjang, berusaha tetap sabar.


Kuajak berkeliling lagi. Kendaraan mulai banyak yang sibuk wara wiri tanda hari makin siang. Aku harus segera menyelesaikan kegiatan menyuapi ini tapi nasi ini seperti tidak pernah berkurang. Gwen juga sepertinya mulai bosan. Ia hanya diam, menatap kosong, entah apa yang ia pikirkan. 


Kutawari lagi nasi suapan kesekian. Mulutnya penuh. Pikirku, apa jika mulutnya terlalu penuh dia jadi mau menelan? Kucoba tawari lagi. Masih mau buka mulut, tapi mulutnya tidak pernah kosong. Aku tetap suapi nasi hingga mulutnya menggembung. Gwen menggeleng. Aku kebingungan dengan gelengannya. Maksudnya apa.


Kutawari lagi, masih buka mulut dan lagi-lagi masih penuh nasi. Kusuapi lagi, mulutnya makin mengembung. Ia menggeleng lagi sambil menatap kosong ke depan. Ia kenapa. Sampai akhirnya aku baru tersadar.


Aku melihat matanya yg mulai agak berair sambil menggeleng. Mulutnya terlalu penuh. Ternyata Gwen menahan muntah karena mual mulutnya yang terlalu penuh. Langsung ku keluarkan semua nasi di mulutnya dan kubuang. Kulempar sisa nasi di piring ke tanah. Kugendong Gwen, kupeluk erat. Kenapa perkara makan ini membuatku jadi seperti orang jahat.


"Maafin bunda nak", bisikku di telinganya.


Aku merasa sangat jahat. Apa yang sudah aku perbuat? Memaksanya makan, padahal ia menolak. Bisa jadi ia benar-benar merasa kesakitan karna gigi barunya. Ia belum bisa mengunyah seperti sebelumnya mungkin karna gusinya yang membengkak. 


"Maafin bunda ya nak", bisikku yang kesekian kali. 


Kugendong ia pulang. Pengasuh Gwen sudah dirumah. Gwen langsung merengek, minta digendong pengasuhnya. Hatiku hancur. Tapi biarlah.


Biarlah ia pergi dulu dengan pengasuhnya. Biar ku sibukkan dulu diri ini dengan pekerjaan sembari berusaha menerima dan memaafkan diri. Biar kami sama-sama menata hati untuk bisa kembali ceria bersama.


tachi

Salah satu Odapus yang berprofesi sebagai apoteker

No comments:

link