Aku Odapus ~ part 1

Cerita ini berawal ketika aku merasa kalah dengan keadaan. Aku ingin membuat tulisan tentang perjalananku melawan penyakit lupus. Selain sebagai wadah untuk meluapkan perasaanku, sekaligus ingin menyampaikan keinginan penderita lupus yang sesungguhnya. 

Semua berawal setelah aku menikah. Saat ini pernikahanku sudah berusia satu tahun empat bulan dengan laki-laki pilihanku. Kehidupan pernikahan adalah hidup yang sangat berat buatku. Banyak hal yang harus aku korbankan. Orang tua, saudara, teman, pekerjaan dan kota kelahiran yang penuh kenangan. Bukan hanya itu, aku juga harus beradaptasi dengan banyak hal baru. 

Kini aku tinggal terpisah jauh dari orang tuaku. Aku harus melintasi provinsi untuk bertemu mereka. Disini aku tinggal bersama suami dan dekat dengan tempat tinggal mertua. Lingkungan tinggalku yang sekarang amat berbeda dengan kota asalku, terutama dari segi bahasa dan adat. Tapi aku suka tinggal disini, jauh dari jalanan kota yang teramat sibuk menampilkan berbagai macam kendaraan yang seringkali terjebak kemacetan.

Tidak akan kusangkal, dunia pernikahan memang dunia yang penuh warna, kadang gelap kadang terang. Apalagi usia kami hanya terpaut kurang dari 9 bulan menjadikan aku dan suami memiliki tingkat ego yang sama-sama tinggi. Perbedaan pendapat dan salah paham yang terjadi selalu jadi pemicunya. Tak terhitung berapa kali aku menangis lalu meminta pulang ke rumah orang tuaku.

Menjelang akhir tahun setelah 4 bulan menikah, kabar baik sekaligus tidak baik datang. Suamiku lolos menjadi pegawai di salah satu instansi pemerintahan. Namun di sisi lain, kami harus berpisah tempat tinggal karena tempat bekerja suami berada di kota sebelah. Meskipun setiap akhir pekan suami selalu pulang ke rumah.

Di awal-awal bulan mulai bekerja, aku seringkali ikut suami tinggal di kost. Perjalanan 2 jam menuju kota tempat suami bekerja menggunakan sepeda motor. Hampir setiap perjalanan berada di bawah terik matahari dan selalu setelahnya aku merasa sangat lelah. Pernah beberapa kali setiba di rumah sore hari, lalu malamnya aku demam tanpa sebab. Kemudian paginya aku bisa sehat bugar kembali.

Suatu pagi, tidak biasanya aku merasakan nyeri di berbagai bagian tubuh terutama di sendi kaki. Tapi kuanggap remeh, mungkin terlalu banyak aktifitas saja pikirku. Hingga hari-hari berlalu, nyeri sendiku tak kunjung hilang. Anehnya nyeri sendi ini terus berpindah-pindah dari sendi lutut, ke pergelangan kaki, kemudian siku, pergelangan tangan bahkan terkadang hingga ke sendi antara lengan atas dan belikat. 

Aku memutuskan untuk konsultasi ke dokter umum. Kebetulan hari itu aku sedang berkunjung ke rumah orang tuaku. Aku mendaftar ke klinik dengan dokter kenalan. Awalnya dokter hanya curiga karena aktifitas berlebihan saja jadi aku hanya diberikan vitamin sendi dan anti peradangan.

Obat yang diresepkan ternyata hanya membuatku merasa sehat untuk beberapa minggu saja. Aku kembali merasakan nyeri di berbagai bagian tubuh. Selain nyeri sendi, beberapa bagian tubuhku terasa amat pegal seperti di pinggang dan tungkai kaki. Setelah di urut pun hanya membaik sehari, kemudian nyeri dan pegal datang lagi. Pergelangan kakiku mulai membengkak. Demam tanpa sebab berulang kali masih kurasakan. 

Pernah suatu malam, aku sudah lelap tertidur, tiba-tiba terbangun karena merasakan sakit luar biasa ketika kakiku digerakkan. Mataku yang lelah hanya kembali terlelap melupakan rasa sakit itu. Tapi kemudian kembali terbangun ketika bergerak lalu terlelap lagi, terus begitu hingga pagi datang. Tak terpikir untuk membangunkan suami karena malam itu aku memang terasa sangat mengantuk. Saat pagi tiba, aku benar-benar terbangun dan tersadar aku bahkan kesulitan untuk beranjak dari tempat tidur. 



to be continued ~

tachi

Salah satu Odapus yang berprofesi sebagai apoteker

No comments:

link