Aku Odapus ~ part 3

Hari demi hariku makin terasa menyebalkan. Aku mulai merasa jengah dengan kondisi kakiku. Kebiasaanku jadi lebih banyak berdiam diri dirumah menghabiskan waktu dengan sia-sia di atas tempat tidur. Tubuh mulai merasa malas melakukan aktifitas.

Suatu saat aku teringat dengan perkataan dokter kenalan di kota asalku saat aku berkonsultasi. Ia pernah mengatakan bahwa gejalaku mirip dengan gejala beberapa jenis penyakit yaitu Rheumatoid Arthritis (RA), osteoarthtritis dan asam urat. Waktu itu aku sempat memeriksakan kadar asam uratku yang ternyata normal.

Kemudian osteoarthtritis biasanya terjadi pada wanita usia lanjut yang sudah menopause karena hormon yang memiliki peran penting untuk kesehatan tulang. Tersisa RA yang belum banyak kuketahui. Aku mulai mempelajari tentang penyakit ini dari berbagai sumber. Semakin banyak kucari tahu, semakin merasa banyak kemiripan gejala yang kualami. 

RA merupakan salah satu penyakit autoimun yang menyerang persendian. Saat itu aku belum tahu kalau lupus juga termasuk penyakit autoimun, dimana beberapa minggu kemudian diagnosaku baru ditegakkan oleh dokter yang berbeda. Autoimun salah satu penyakit yang tidak akan pernah bisa disembuhkan. Penyakit ini hanya bisa distabilkan dengan mengendalikan faktor pemicunya.

Beberapa hari aku hanya terus menerus mencari informasi lebih tentang penyakit ini. Berharap ada kemungkinan yang bisa membantah kecurigaanku, ternyata tidak. Semakin lama justru semakin meyakinkan. Dokter yang memiliki kompetensi menangani penyakit ini adalah spesialis penyakit dalam. Sempat memeriksa jadwal dokter di beberapa rumah sakit terdekat tapi selalu ragu untuk konsultasi.

Hingga suatu hari, pagi ku terbangun dengan jari-jari tangan yang terasa amat ngilu dan kaku. Tanpa pikir panjang, setelah mandi dan bersiap aku segera ke rumah sakit umum dekat rumah. Kali ini mendaftar ke dokter spesialis penyakit dalam. Lupakan dokter orthopedi itu. Sudah cukup dua bulan aku percayakan pada opininya. Aku butuh opini lain sekaligus berharap ada sedikit pencerahan jika memang kali ini aku lagi-lagi salah memilih dokter spesialis.

"Keluhannya apa mba?" tanya perawat sambil memeriksa tekanan darahku menggunakan tensimeter manual dengan stetoskop di telinganya.

"Sering nyeri sendi dan kaku di jari-jari tangan," jawabku yang langsung ditatap perawat itu dengan bingung. Aku jadi ikut bingung, apa salahku.

"Sudah lama?" tanyanya lagi.

"Ya, sudah 2 bulan lebih."

Perawat itu kemudian mencatat keluhanku diatas buku rekam medisku, lalu menyuruhku menunggu masuk setelah pasien di dalam keluar ruangan.

Aku sempat mendengar sedikit percakapan pasien di dalam bersama dokter hingga tak lama pasien itu keluar. Aku masuk ke ruangan lalu duduk di kursi kayu yang bersebrangan dengan dokter. 

"Sebelumnya ke dokter orthopedi disuruh kesini?" tanya dokter setelah membaca catatan rekam medisku.

"Engga dok, saya cuma pernah baca tentang autoimun yang mirip gejala yang saya rasakan."

"Nyerinya dimana aja?" tanya dokter lagi. Aku menceritakan apa yang aku alami selama beberapa bulan terakhir. Ternyata dokter juga memiliki kecurigaan yang sama. Aku disarankan untuk segera melakukan tes laboratorium. 

Setelah 3 hari, aku kembali ke rumah sakit untuk mengambil hasil laboratorium dan bertemu dokter lagi. Hanya 2 jenis pemeriksaan yang dilakukan yaitu kadar CRP dan RF. Pemeriksaan kadar CRP dilakukan untuk mengetahui adanya peradangan di dalam tubuh sedangkan pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) biasanya dilakukan pada pasien yang memiliki gejala arthtitis atau peradangan sendi.

Hasil pemeriksaan RF-ku negatif sedangkan kadar CRP menunjukkan hasil yang cukup tinggi menunjukkan adanya peradangan dalam tubuhku. 

"Nilai RF ini bisa palsu karena pengaruh obat kortikosteroid. Saran saya segera rujuk ke dokter rheumatologi tapi adanya di Semarang," jelas dokter. 

Aku mendengarkan. Entah apa yang harus aku katakan. Banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku. RF nya negatif, tidakkah ini berarti aku bukan menderita penyakit RA ataupun autoimun? Tidak bisakah dokter memberikan aku kejelasan tentang kondisiku saat ini juga? Aku sudah sangat kebingungan. Harus berapa dokter lagi yang harus aku temui sampai semuanya jelas?

Aku pulang dengan lembar hasil tes laboratorium di tangan. Mama mertua dan suamiku menyarankan segera ke Semarang. Aku belum memutuskan. Masih menganggap terlalu berlebihan. 


to be continued ~

tachi

Salah satu Odapus yang berprofesi sebagai apoteker

No comments:

link